KATA PENGANTAR
Segala
ucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberberikan rahmat dan hidayahnya
beserta segala kemudahan, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengembangan Budaya dan Iklim pada Sekolah/Madrasah” dengan
sebaik mungkin dan insya Allah bermanfaat bagi semua pembaca.
Dalam
proses penyelesaian makalah ini, tim penulis banyak mendapatkan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, karenanya pada kesempatan ini tim penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
1) Kepada Allah SWT yang telah berkenan
memberikan kekuatan baik lahir maupun batin dan kesempatan untuk menyelesaikan
karya tulis ini
2) Yang tercinta kedua orang tua penulis, yang
senantiasa mendidik sejak dini
3) Kepada Ibu Astuti, S.Ag M.Pd Selaku Dosen
Belajar dan pembelajaran.
4) Semua pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung ikut membantu penyusunan tugas ini
Dengan
selesainya makalah sebagai salah satu tugas “Manajemen Pendidikan” ini, tim
penulis menyadari bahwa makalah penuh dengan kekurangan. Dan akhirnya dengan
penuh harapan semoga bermanfaat juga menambah wawasan bagi pembaca. Amin
yaa rabbal ‘alamin
Watampone,
Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya Sekolah/Madrasah
B. Pengertian Iklim Sekolah/Madrasah
C. Pengembangan budaya dan iklim pada madrasah/sekolah
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Sekolah merupakan wadah/tempat berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan
transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Dimana sekolah juga dapat
diartikan sebagai tempat kegiatan organisasi yang dapat memberikan banyak
pengalaman yang tidak didapatkan dalam materi pembelajaran di
sekolah/madrasah. Sedangkan budaya tidak
terlepas dari nilai-nilai, ritual, norma-norma dan sebagainya. Sekolah juga
tidak terlepas dari budaya karena budaya dipegang oleh kepalah sekolah, guru,
staf sekolah dan para pegawai yang terlibat dalam sekolah.
Untuk menjadikan sekolah/madrasah yang unggul kita
harus mengembangkan potensi, visi, misi, tujuan dan arah sekolah. Dalam proses
pengembangan sekolah/madrasah menjadi sekolah yang unggul tentunya tidak
terlepas dari kepemimpinan kepala sekolah, guru, staf dan para pegawai yang
turut membantu dalam proses pengembangan sekolah/madrasah untuk menjadi sekolah
yang unggul. Untuk lebih jelas berikut ini materi pengembangan budaya dan iklim
pada sekolah/madrasah akan dibahas lebih lanjut.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian Budaya Sekolah/Madrasah?
2. Apa Pengertian Iklim Sekolah/Madrasah?
3. Bagaimana Pengembangan Budaya dan Iklim Pada
Sekolah/Madrasah?
C.Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui arti budaya sekolah/madrasah
2. Untuk mengetahui iklim sekolah/madrasah
3. Untuk mengetahui pengembangan budaya dan iklim pada sekolah/madrasah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Budaya
Sekolah/Madrasah
1. Pengertian
Budaya Sekolah/Madrasah
vijay Sathe budaya adalah seperangkat asumsi penting
yang dimiliki bersama anggota masyarakat. Hofstede mengartikan budaya sebagai
nilai-nilai dan kepercayaan yang memberikan orang-orang suatu cara pandang
terprogram.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai budaya, yaitu sesuatu yang akan mempengaruhi tngkat
pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam
kehidupan sehari-hari yang bersifat abstrak.[1]
Robbins (1991 : 572) menegaskan bahwa budaya organisasi
adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu,
suatu sistem dari makna bersama. Artinya bahwa budaya organisasi terwujud dalam
filosofi, ideologi, nilai-nilai, asumsi, keyakinan serta sikap dan norma
bersama anggota-anggota organisasi tersebut dalam memandang berbagai relitas,
terutama berkaitan dengan permasalahan internal maupun eksternal.[2]
Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun
dari hasil pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala
sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru
dan para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai
tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah.
Pertemuan pikiran-pikiiran manusia dalam
sekolah/madrasah tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan
“pikiran organisasi” ( Kasali, 2006 ). Dari pikiran organisasi tersebut itulah
kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut
akan menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah/madrasah. Dari budaya
tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol-simbol dan tindakan-tidakan yang
kasat indera dalam kehidupan sekolah/madrasah sehari-hari.
Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa budaya
sekolah/madrasah, selalu dibangun oleh pikiran-pikiran individu yang ada dalam
sekolah/madrasah tersebut. Pikiran individu yang paling besar pengaruhnya
adalah pikiran pemimpin. Covey (2005) mengemukakan bahwa bila dikaji semua
orang yang mencapai prestasi gemilang, yaitu orang-orang yang memiliki pengaruh
besar terhadap sesamanya, mereka yang telah berjasa besar, dan orang-orang yang
telah mewujudkan hal-hal yang luar biasa, maka akan diketemukan sebuah pola.
Pada dasarnya orang-orang tersebut mengembangkan keempat kemampuan atau
kecerdasan bawaan yang meliputi : 1). Kecerdasan mental. 2). Kecerdasan fisik. 3).
Kecerdasan emosional.4). Kecerdasan spiritual[3]
Semakin banyak individu-individu yang memiliki
kecerdasan yang utuh di sekolah/madrasah sebagaimana telah digambarkan maka
akan semakin baik pikiran organisasi di madrasah tersebut. Semakin baik pikiran
organisasi di sekolah/madrasah tersebut, maka semakin baik pula nilai-nilai
yang akan dianut dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai inilah yang
kemudian akan menjadi pilar dari budaya sekolah/madrasah. Kepala
sekolah/madrasah dengan berbagai wewenang yang dimilikinya tentu memiliki
kesempatan untuk menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam pikiran
organisasi dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga kepala
sekolah/madrasah berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam jumlah
yang lebih banyak ke dalam budaya sekolah/madrasah.
Dengan demikian, jika pikiran-pikiran orang dalam
sekolah/madrasah tersebut banyak yang tidak baik maka akan menghasilkan pikiran
organisasi yang tidak baik. Pikiran organisasi yang tidak baik ini kemudian
akan menghasilkan nilai-nilai sekolah/madrasah yang tidak baik, kondisi ini
tentu akan terwujud dalam berbagai tindakan dalam sekolah/madrasah tersebut
yang juga tidak baik. Sebaliknya juga demikian,
jika orang-orang di sekolah/madrasah tersebut memiliki pikiran-pikiran
yang baik maka juga akan menghasilkan pikiran organisasi yang baik. Pikiran
organisasi yang baik akan menghasilkan nilai-nilai organisasi yang baik dan
kuat. [4]
Jika nilai-nilai baik tersebut menjadi dasar yang kuat dalam penyelenggaraan
sekolah/madrasah maka berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sekolah/madrasah
tersebut akan berlandaskan nilai-nilai yang baik. Misalkan saja bahwa
nilai-nilai jujur merupakan bagian utama dalam kehidupan sekolah/madrasah
tersebut, maka apapun yang terjadi dengan hasil ujian maka kejujuran adalah
diatas segalanya.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa, berbagai
kondisi tersebut berawal dari perubahan cara berpikir. Itulah sebabnya sebelum
sekolah/madrasah memiliki dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai dalam
budaya sekolah/madrasah yang baik, sehingga sekolah/madrasah tersebut memiliki
kecukupan untuk menjadi unggul, maka paradigma berpikir orang-orang di
sekolah/madrasah tersebut harus dirubah terlebih dahulu untuk mampu
mengimplementasikan berbagai nilai-nilai menuju keunggulan. Disinilah perang
penting pemimpin dalam menuju keunggulan, yaitu merubah paradigma berpikir
orang-orang yang ada di sekolah/madrasah.
Dengan paradigma berpikir yang sesuai maka berbagai
proses pekerjaan di sekolah/madrasah akan dengan mudah dilaksanakan. Demikian
pula jika paradigma berpikir tersebut merupakan paradigma berpikir yang baik
maka akan menghasilkan nilai-nilai yang akan dianut, nilai-nilai setiap
individu dalam sekolah/madrasah akan menghasilkan nilai-nilai di
sekolah/madrasah, sehingga kemudian lahirlah budaya unggul di sekolah/madrasah
tersebut.[5]
Menurut J.J Hoenigman, wujud budaya dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1. Gagasan (Wujud idea)
Wujud ideal budaya berbentuk kumpulan ide, gagasan,
nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat
diraba atau disentuh.
2. Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan berupa tindakan
berpola dari manusia
3. Artefak (karya)
Artefak adalah hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
2. Fungsi Budaya
Ndraha mengemukakan fungsi budaya sebagai berikut :
1. Identitas dan citra suatu masyarakat
2. Pengikat suatu masyarakat
3. Sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya
4. Kekuatan penggerak
5. Kemampuan untuk membentuk nilai tambah
6. Pola perilaku
7. Warisan
8. Pengganti formalisasi
9. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan[6]
3. Karakteristik
Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya
sekolah adalah sebagai berikut:
1. Inisiatif individual
2. Toleransi terhadap tindakan berisiko
3. Pengarahan
4. Imtegrasi
5. Dukungan manajemen
6. Kontrol
7. Identitas
8. Sistem imbalan
9. Toleransi terhadap konflik
10. Pola komunikasi
Tipe budaya organisasi
Ø Budaya birokrasi
Ø Budaya inovatif
Ø Budaya suporatif
Deal & Kennedi, mengemukakan lima unsur
pembentukan budaya organisasi, yaitu :
1. Lingkungan usaha
2. Nilai-nilai
3. Pahlawan
4. Ritual
5. Jaringan budaya[7]
B. Iklim Sekolah/Madrasah
Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Definisi
pertama dikemukakan oleh Forehand and Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan
bahwa iklim organisasi adalah “serangkaian deskripsi dari karakteristik
organisasi yang bertahan dalam jangka waktu lama (Toulson & Smith,
1994:455).” Pada tulisan Litwin dan Stringer, seperti dikutip Toulson dan Smith
(1994:457) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu yang dapat diukur pada
lingkungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada
karyawan dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan
berpengaruh pada motivasi dan perilaku karyawan.
Davis dan Newstrom (2001:25) memandang iklim organisasi
sebagai “kepribadian sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya
yang mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.” Taguiri
dan Litwin dalam Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah suatu
kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya,
mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai
karakteristik organisasi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
iklim organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi
yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya yang mengarah pada
persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.
Iklim organisasi di sekolah merupakan sesuatu yang
penting karena dapat menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya
manusia dan produktivitasnya. Perubahan iklim yang terjadi di sekolah pada
gilirannya akan mempengaruhi motivasi kinerja dan perilaku karyawan di sekolah
dalam mencapai target yang akan dicapai.
James dan Jones (Toulson dan Smith 1994:455) membagi
iklim organisasi di sekolah dalam tiga pendekatan, yaitu:
1)
Multiple measurement – organizational approach
Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi adalah
serangkaian karakteristik deskriptif dari organisasi yang mempunyai tiga sifat,
yaitu: relatif tetap selama periode tertentu, berbeda antara organisasi satu
dengan organisasi lainnya, serta mempengaruhi perilaku orang yang berada dalam
organisasi tersebut. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi adalah ukuran,
struktur, kompleksitas sistem, gaya kepemimpinan, dan arah tujuan organisasi.
2)
Perseptual measurement – organizational attribute approach
Pendekatan ini juga memandang iklim organisasi sebagai
atribut organisasi, tetapi pendekatan ini lebih menekankan penggunaan
pengukuran persepsi daripada pengukuran secara obyektif seperti ukuran dan
struktur organisasi.
3)
Perseptual measurement – individual approach
Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian
ringkasan atau persepsi global yang mencerminkan sebuah interaksi antara
kejadian yang nyata dalam organisasi dan persepsi terhadap kejadian tersebut.
Pendekatan ini menekankan pada atribut organisasi yang nyata ke sebuah
ringkasan dari persepsi individu. Dengan pendekatan ini, variabel intervensi
yang disebabkan oleh kejadian-kejadian baik yang dialami oleh individu maupun
organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu-individu tersebut. Oleh karena
itu, iklim organisasi dapat berlaku sebagai variabel bebas maupun terikat.[8]
C.
Pengembangan Budaya dan Iklim pada Sekolah/Madrasah
Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan
Budaya Sekolah Yang Unggul :
1. Budaya keagamaan (religi) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang
tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk
kepribadian dan sikap yang baik (akhlaqul Karimah)
2. Budaya kerjasama (team work) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap
sesama melalui kegiatan yang dilakukan bersama.
3. Budaya kepemimpinan (leadhership) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari
sejak dinikepada anak-anak. [9]
Dalam proses pengembangannya, budaya sekolah/madrasah
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1. Kebijakan organisasi (ada penjelasan dibuku)
2. Gaya organisasi
3. Jati diri organisasi[10]
BAB
II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Budaya
sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara
nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan
nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam
sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran
manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-pikiiran
manusia dalam sekolah/madrasah tersebut
kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi” ( Kasali,
2006 ). Menurut J.J Hoenigman, wujud
budaya dibedakan menjadi tiga yaitu : 1). Gagasan (Wujud idea) 2). Aktivitas (Tindakan) 3). Artefak (karya).
Fungsi
Budaya, Ndraha mengemukakan
fungsi budaya sebagai berikut : a. Identitas dan citra suatu masyarakat. b. Pengikat
suatu masyarakat. c. Sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya. d. Kekuatan
penggerak. e. Kemampuan untuk membentuk nilai tambah. f. Pola perilaku. g. Warisan.
h. Pengganti formalisasi. i. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan
Karakteristik
Budaya Organisasi : Menurut Robbins
(1994) karakteristik umum budaya sekolah adalah sebagai berikut: 1. Inisiatif individual 2. Toleransi terhadap tindakan berisiko 3. Pengarahan 4. Imtegrasi 5. Dukungan manajemen 6. Kontrol 7. Identitas 8. Sistem imbalan 9. Toleransi terhadap konflik
10. Pola komunikasi
Davis dan Newstrom (2001:25) memandang iklim organisasi
sebagai “kepribadian sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi
lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang
organisasi.”
Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan
Budaya Sekolah Yang Unggul : 1. Budaya keagamaan (religi) 2. Budaya kerjasama
(team work) 3. Budaya kepemimpinan (leadhership).
B.
Saran
Dengan
adanya makalah pengembangan budaya dan iklim pada sekolah/madrasah ini diharapkan kepada pembaca untuk lebih giat
membaca agar dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua. Namun,
dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membantu demi perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam. Cet. I;
Bandung: CV Pustaka Setia,
2012
Marno dan Triyo
Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam.
Cet. I; Bandung: PT
Refika Aditama, 2008
Prabowo Listyo Sugeng Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah
Cet. I; Malang: UIN
Malang Press (Anggota IKAPI), 2008
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusun Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah) Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/iklim-organisasi,
diakses pada hari
kamis, 05/05/2016
hari kamis, 05/05/2016
[1] Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia,
2012) hal. 87-88
[2] Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Cet.
I; Bandung: PT Refika Aditama, 2008) hal.140
[3] Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusun Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah) (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), hal. 48
[4] Sugeng Listyo Prabowo Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah
(Cet. I; Malang: UIN Malang Press Anggota IKAPI, 2008), Hal. 36-38
[5]Ibid hal. 39-40
[6] Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia,
2012), hal..89-90
[7] Ibid 101-102
[8] http://teorionline.wordpress.com/2010/01/25/iklim-organisasi, diakses pada hari kamis,
05/05/2016
[9] Http://kikyuno.blogspot.com/2012/05/makalah-budaya-sekolah.html. diakses pada hari kamis,
05/05/2016
[10] Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
hal. 100
0 komentar:
Posting Komentar