Rss

Jumat, 13 Mei 2016

PENGEMBANGAN BUDAYA DAN IKLIM PADA MADRASAH/SEKOLAH

KATA PENGANTAR
              Segala ucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberberikan rahmat dan hidayahnya beserta segala kemudahan, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Budaya dan Iklim pada Sekolah/Madrasah” dengan sebaik mungkin dan insya Allah bermanfaat bagi semua pembaca.
              Dalam proses penyelesaian makalah ini, tim penulis banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, karenanya pada kesempatan ini tim penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
1)      Kepada Allah SWT yang telah berkenan memberikan kekuatan baik lahir maupun batin dan kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ini
2)      Yang tercinta kedua orang tua penulis, yang senantiasa mendidik sejak dini
3)      Kepada Ibu Astuti, S.Ag M.Pd Selaku Dosen Belajar dan pembelajaran.
4)      Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu penyusunan tugas ini
              Dengan selesainya makalah sebagai salah satu tugas “Manajemen Pendidikan” ini, tim penulis menyadari bahwa makalah penuh dengan kekurangan. Dan akhirnya dengan penuh harapan semoga bermanfaat juga menambah wawasan bagi pembaca. Amin yaa rabbal ‘alamin
Watampone, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan masalah
C.     Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Budaya Sekolah/Madrasah
B.     Pengertian Iklim Sekolah/Madrasah
C.     Pengembangan budaya dan iklim pada madrasah/sekolah
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
              Sekolah merupakan wadah/tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Dimana sekolah juga dapat diartikan sebagai tempat kegiatan organisasi yang dapat memberikan banyak pengalaman yang tidak didapatkan dalam materi pembelajaran di sekolah/madrasah.  Sedangkan budaya tidak terlepas dari nilai-nilai, ritual, norma-norma dan sebagainya. Sekolah juga tidak terlepas dari budaya karena budaya dipegang oleh kepalah sekolah, guru, staf sekolah dan para pegawai yang terlibat dalam sekolah. 
              Untuk menjadikan sekolah/madrasah yang unggul kita harus mengembangkan potensi, visi, misi, tujuan dan arah sekolah. Dalam proses pengembangan sekolah/madrasah menjadi sekolah yang unggul tentunya tidak terlepas dari kepemimpinan kepala sekolah, guru, staf dan para pegawai yang turut membantu dalam proses pengembangan sekolah/madrasah untuk menjadi sekolah yang unggul. Untuk lebih jelas berikut ini materi pengembangan budaya dan iklim pada sekolah/madrasah akan dibahas lebih lanjut.



B. Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Budaya Sekolah/Madrasah?
2.      Apa Pengertian Iklim Sekolah/Madrasah?
3.      Bagaimana Pengembangan Budaya dan Iklim Pada Sekolah/Madrasah?
C.Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui arti budaya sekolah/madrasah
2.      Untuk mengetahui iklim sekolah/madrasah
3.      Untuk mengetahui pengembangan budaya dan iklim pada sekolah/madrasah










BAB II
PEMBAHASAN
A. Budaya Sekolah/Madrasah
1. Pengertian Budaya Sekolah/Madrasah
              vijay Sathe budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat. Hofstede mengartikan budaya sebagai nilai-nilai dan kepercayaan yang memberikan orang-orang suatu cara pandang terprogram.
              Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai budaya, yaitu sesuatu yang akan mempengaruhi tngkat pengetahuan, meliputi sistem ide yang terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat abstrak.[1]
              Robbins (1991 : 572) menegaskan bahwa budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu, suatu sistem dari makna bersama. Artinya bahwa budaya organisasi terwujud dalam filosofi, ideologi, nilai-nilai, asumsi, keyakinan serta sikap dan norma bersama anggota-anggota organisasi tersebut dalam memandang berbagai relitas, terutama berkaitan dengan permasalahan internal maupun eksternal.[2]
              Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-pikiiran manusia  dalam sekolah/madrasah tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi” ( Kasali, 2006 ). Dari pikiran organisasi tersebut itulah kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini  bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah/madrasah. Dari budaya tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol-simbol dan tindakan-tidakan yang kasat indera dalam kehidupan sekolah/madrasah sehari-hari.
              Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa budaya sekolah/madrasah, selalu dibangun oleh pikiran-pikiran individu yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Pikiran individu yang paling besar pengaruhnya adalah pikiran pemimpin. Covey (2005) mengemukakan bahwa bila dikaji semua orang yang mencapai prestasi gemilang, yaitu orang-orang yang memiliki pengaruh besar terhadap sesamanya, mereka yang telah berjasa besar, dan orang-orang yang telah mewujudkan hal-hal yang luar biasa, maka akan diketemukan sebuah pola. Pada dasarnya orang-orang tersebut mengembangkan keempat kemampuan atau kecerdasan bawaan yang meliputi : 1). Kecerdasan mental. 2). Kecerdasan fisik. 3). Kecerdasan emosional.4). Kecerdasan spiritual[3]
              Semakin banyak individu-individu yang memiliki kecerdasan yang utuh di sekolah/madrasah sebagaimana telah digambarkan maka akan semakin baik pikiran organisasi di madrasah tersebut. Semakin baik pikiran organisasi di sekolah/madrasah tersebut, maka semakin baik pula nilai-nilai yang akan dianut dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai inilah yang kemudian akan menjadi pilar dari budaya sekolah/madrasah. Kepala sekolah/madrasah dengan berbagai wewenang yang dimilikinya tentu memiliki kesempatan untuk menyumbangkan lebih banyak pikiran individunya dalam pikiran organisasi dibandingkan dengan individu lainnya, sehingga kepala sekolah/madrasah berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik dalam jumlah yang lebih banyak ke dalam budaya sekolah/madrasah.
              Dengan demikian, jika pikiran-pikiran orang dalam sekolah/madrasah tersebut banyak yang tidak baik maka akan menghasilkan pikiran organisasi yang tidak baik. Pikiran organisasi yang tidak baik ini kemudian akan menghasilkan nilai-nilai sekolah/madrasah yang tidak baik, kondisi ini tentu akan terwujud dalam berbagai tindakan dalam sekolah/madrasah tersebut yang juga tidak baik. Sebaliknya juga demikian,  jika orang-orang di sekolah/madrasah tersebut memiliki pikiran-pikiran yang baik maka juga akan menghasilkan pikiran organisasi yang baik. Pikiran organisasi yang baik akan menghasilkan nilai-nilai organisasi yang baik dan kuat. [4] Jika nilai-nilai baik tersebut menjadi dasar yang kuat dalam penyelenggaraan sekolah/madrasah maka berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sekolah/madrasah tersebut akan berlandaskan nilai-nilai yang baik. Misalkan saja bahwa nilai-nilai jujur merupakan bagian utama dalam kehidupan sekolah/madrasah tersebut, maka apapun yang terjadi dengan hasil ujian maka kejujuran adalah diatas segalanya.
              Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa, berbagai kondisi tersebut berawal dari perubahan cara berpikir. Itulah sebabnya sebelum sekolah/madrasah memiliki dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai dalam budaya sekolah/madrasah yang baik, sehingga sekolah/madrasah tersebut memiliki kecukupan untuk menjadi unggul, maka paradigma berpikir orang-orang di sekolah/madrasah tersebut harus dirubah terlebih dahulu untuk mampu mengimplementasikan berbagai nilai-nilai menuju keunggulan. Disinilah perang penting pemimpin dalam menuju keunggulan, yaitu merubah paradigma berpikir orang-orang yang ada di sekolah/madrasah.
              Dengan paradigma berpikir yang sesuai maka berbagai proses pekerjaan di sekolah/madrasah akan dengan mudah dilaksanakan. Demikian pula jika paradigma berpikir tersebut merupakan paradigma berpikir yang baik maka akan menghasilkan nilai-nilai yang akan dianut, nilai-nilai setiap individu dalam sekolah/madrasah akan menghasilkan nilai-nilai di sekolah/madrasah, sehingga kemudian lahirlah budaya unggul di sekolah/madrasah tersebut.[5]
Menurut J.J Hoenigman, wujud budaya dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.      Gagasan (Wujud idea)
Wujud ideal budaya berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh.
2.      Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan berupa tindakan berpola dari manusia
3.      Artefak (karya)
Artefak adalah hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
2. Fungsi Budaya
Ndraha mengemukakan fungsi budaya sebagai berikut :
1.      Identitas dan citra suatu masyarakat
2.      Pengikat suatu masyarakat
3.      Sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya
4.      Kekuatan penggerak
5.      Kemampuan untuk membentuk nilai tambah
6.      Pola perilaku
7.      Warisan
8.      Pengganti formalisasi
9.      Mekanisme adaptasi terhadap perubahan[6]
3. Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya sekolah adalah sebagai berikut:
1.      Inisiatif individual
2.      Toleransi terhadap tindakan berisiko
3.      Pengarahan
4.      Imtegrasi
5.      Dukungan manajemen
6.      Kontrol
7.      Identitas
8.      Sistem imbalan
9.      Toleransi terhadap konflik
10.  Pola komunikasi
Tipe budaya organisasi
Ø  Budaya birokrasi
Ø  Budaya inovatif
Ø  Budaya suporatif
Deal & Kennedi, mengemukakan lima unsur pembentukan budaya organisasi, yaitu :
1.      Lingkungan usaha
2.      Nilai-nilai
3.      Pahlawan
4.      Ritual
5.      Jaringan budaya[7]
B. Iklim Sekolah/Madrasah
              Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Definisi pertama dikemukakan oleh Forehand and Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim organisasi adalah “serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang bertahan dalam jangka waktu lama (Toulson & Smith, 1994:455).” Pada tulisan Litwin dan Stringer, seperti dikutip Toulson dan Smith (1994:457) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh pada motivasi dan perilaku karyawan.
              Davis dan Newstrom (2001:25) memandang iklim organisasi sebagai “kepribadian sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.” Taguiri dan Litwin dalam Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi.
              Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.
              Iklim organisasi di sekolah merupakan sesuatu yang penting karena dapat menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dan produktivitasnya. Perubahan iklim yang terjadi di sekolah pada gilirannya akan mempengaruhi motivasi kinerja dan perilaku karyawan di sekolah dalam mencapai target yang akan dicapai.
              James dan Jones (Toulson dan Smith 1994:455) membagi iklim organisasi di sekolah dalam tiga pendekatan, yaitu:
1)      Multiple measurement – organizational approach
              Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi adalah serangkaian karakteristik deskriptif dari organisasi yang mempunyai tiga sifat, yaitu: relatif tetap selama periode tertentu, berbeda antara organisasi satu dengan organisasi lainnya, serta mempengaruhi perilaku orang yang berada dalam organisasi tersebut. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi adalah ukuran, struktur, kompleksitas sistem, gaya kepemimpinan, dan arah tujuan organisasi.
2)      Perseptual measurement – organizational attribute approach
              Pendekatan ini juga memandang iklim organisasi sebagai atribut organisasi, tetapi pendekatan ini lebih menekankan penggunaan pengukuran persepsi daripada pengukuran secara obyektif seperti ukuran dan struktur organisasi.
3)      Perseptual measurement – individual approach
              Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian ringkasan atau persepsi global yang mencerminkan sebuah interaksi antara kejadian yang nyata dalam organisasi dan persepsi terhadap kejadian tersebut. Pendekatan ini menekankan pada atribut organisasi yang nyata ke sebuah ringkasan dari persepsi individu. Dengan pendekatan ini, variabel intervensi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian baik yang dialami oleh individu maupun organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu-individu tersebut. Oleh karena itu, iklim organisasi dapat berlaku sebagai variabel bebas maupun terikat.[8]
C. Pengembangan Budaya dan Iklim pada Sekolah/Madrasah
Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan Budaya Sekolah Yang Unggul :
1. Budaya keagamaan (religi) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlaqul Karimah)
2. Budaya kerjasama (team work) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui kegiatan yang dilakukan bersama.
3. Budaya kepemimpinan (leadhership) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dinikepada anak-anak. [9]
Dalam proses pengembangannya, budaya sekolah/madrasah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1.      Kebijakan organisasi (ada penjelasan dibuku)
2.      Gaya organisasi
3.      Jati diri organisasi[10]









BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah. Pertemuan pikiran-pikiiran manusia  dalam sekolah/madrasah tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi” ( Kasali, 2006 ). Menurut J.J Hoenigman, wujud budaya dibedakan menjadi tiga yaitu : 1). Gagasan (Wujud idea) 2). Aktivitas (Tindakan) 3). Artefak (karya).
              Fungsi Budaya, Ndraha mengemukakan fungsi budaya sebagai berikut : a. Identitas dan citra suatu masyarakat. b. Pengikat suatu masyarakat. c. Sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber daya. d. Kekuatan penggerak. e. Kemampuan untuk membentuk nilai tambah. f. Pola perilaku. g. Warisan. h. Pengganti formalisasi. i. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan
              Karakteristik Budaya Organisasi : Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya sekolah adalah sebagai berikut: 1. Inisiatif individual 2. Toleransi terhadap tindakan berisiko 3. Pengarahan 4. Imtegrasi 5. Dukungan manajemen 6. Kontrol 7. Identitas 8. Sistem imbalan 9. Toleransi terhadap konflik 10. Pola komunikasi
              Davis dan Newstrom (2001:25) memandang iklim organisasi sebagai “kepribadian sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.”
              Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan Budaya Sekolah Yang Unggul : 1. Budaya keagamaan (religi) 2. Budaya kerjasama (team work) 3. Budaya kepemimpinan (leadhership).
B. Saran
              Dengan adanya makalah pengembangan budaya dan iklim pada sekolah/madrasah ini  diharapkan kepada pembaca untuk lebih giat membaca agar dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua. Namun, dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membantu demi perbaikan makalah selanjutnya.






DAFTAR PUSTAKA
Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia,
2012
Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2008
Prabowo Listyo Sugeng Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah
Cet. I; Malang: UIN Malang Press (Anggota IKAPI), 2008
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusun Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah) Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
kamis, 05/05/2016
hari kamis, 05/05/2016




[1] Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) hal. 87-88
[2] Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2008) hal.140
[3] Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusun Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah) (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 48
[4] Sugeng Listyo Prabowo Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah (Cet. I; Malang: UIN Malang Press Anggota IKAPI, 2008), Hal. 36-38
[5]Ibid hal. 39-40
[6] Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal..89-90
[7] Ibid 101-102
[10] Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 100

0 komentar:

Posting Komentar

Movies

Movies Post

Diberdayakan oleh Blogger.

Sports

Music

Business

Games

Video

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Kategori

Movies

News

Latest News

Recent Post